10 Film Adaptasi Video Game yang Masih Layak Tonton dan Tidak Sepenuhnya Buruk
Berbeda dengan adaptasi novel atau media cerita lainnya, film adaptasi video game hingga saat ini seakan terkena kutukan untuk kemungkinan besar menjadi film ‘sampah’. Berbagai alasan yang membuat film begitu buruk di mata penggemar game ataupun penonton biasa, tetapi mayoritas dikarenakan yanv mengurus film bahkan tak tahu material sumber yang mereka angkat.
Meski belum ada satupun yang bisa dikategorikan ‘mahakarya,’ ada beberapa adaptasi yang dapat dikatakan ‘watchable‘ dibandingkan kumpulan film sampan yang hanya meminjam nama dari franchise game populer.
Berikut 10 film adaptasi game yang tidak begitu sampah:
Daftar isi
1. Warcraft
Mengangkat cerita game pertama yang hampir mayoritas penggemar nya tidak mainkan karena terlalu sibuk dengan game ketiga, Warcraft terlihat mencoba sebisa mungkin untuk representasikan apa yang terjadi di game ke dalam layar lebar, sayangnya berbagai hal membuat film gagal menggugah penontonnya.
Mayoritas karakter yang satu dimensional dan pacing yang terburu-buru menjadi sebagian kecil alasan kenapa kritikus membenci game ini. Tetapi setelah dipikir kembali, hal-hal tersebut lebih dikarenakan game yang diadaptasi itu sendiri ketimbang salah sutradara maupun tim produksi. Game pertama masih menjadi awal sederhana dari universe besar yang Warcraft telah ciptakan. Sekuel game khususnya pada Warcraft 3 menjadi puncak dari daya tarik dunia Warcraft.
Apabila film dapatkan kesempatan sekuel, mungkin film selanjutnya akan jauh lebih baik dari apa yang kita dapatkan di film pertama. Sayangnya untuk sekarang kemungkinan sekuel masih tanda tanya besar.
2. Prince of Persia: Sand of Time
Disney terlihat ingin mengulang kesuksesan Pirates of the Carribean lewat Prince of Persia, hanya saja naskah yang lemab membuat impian tersebut gagal.
Bisa dikatakan film dari Mike Newell ini benar-benar film popcorn, film yang sekali kamu duduk kemudian lupa apa yang terjadi dalam beberapa hari kemudian. Meskipun demikian, apabila kamu miliki waktu 1,5 jam kosong untuk menonton film berbasis video game, Prince of Persia tawarkan aksi menyenangkan dan menghibur.
3. Final Fantasy: Advent Children
Melanjutkan cerita dari Final Fantasy VII, Advent Children berikan banyak aksi dan visual CGI yang sangat bagus hingga saat ini. Akan tetapi untuk masalah plot, kamu akan dapatkan naskah yang tidak peduli apakah kamu sudah mainkan game atau tidak karena hampir tidak sedikit pun eksposisi akan game disebutkan pada film.
Cerita yang memusingkan pendatang baru menjadi poin yang paling sering dikritik penonton serta kritikus saat bicarakan game ini, tetapi bagi kamu ysng benar-benar mendalami tiap menit dari Final Fantasy VII, film ini mungkin akan menjadi hiburan 2 jam bagimu.
4. Angry Birds
Dirilis tahun 2016, Sony sebenarnya terlalu telat untuk merilis film ini karena demam Angry Birds telah lama berakhir. Akan tetapi keterlambatan tersebut ternyata tak menghalangi kesuksesan film di box office.
Bicara soal filmnya sendiri, Angry Birds ambil direksi kartun komedi slapstick ala ‘saturday morning cartoon’. Mungkin secara garis besar ini membuat film tak ada kesan spesial sama sekali, tetapi direksi ini yang justru membuat film setidaknya menyenangkan untuk ditonton.
5. Angry Birds 2
Ya, film kedua dari Angry Birds 2 secara tidak terduga juga tak kalah menghibur, bahkan bisa dibilang sekuel ini lebih baik dari film pertama.
Tak hanya komedi yang dilontarkan sedikit lebih baik, tetapi juga dari segi naskah, karakter dan world-building, sekuel ini lebih ambisius untuk film berbasis game tentang burung dan katapel. Apabila kamu senang dengan film pertama, maka besar kemungkinan kamu akan senang dengan sekuelnya.
6. Detective Pikachu
Mungkin film yang bintangi Ryan Reynolds ini tak sebagus yang diekspektasi, tetapi tak berarti filmnya tak begitu layak untuk ditonton.
Dibalik motivasi antagonis yang tidak masuk akal serta akting mediocre oleh beberapa aktor, Detective Pikachu berikan chemistry yang dinamis antara kedua karakter utama, desain fotorealistik Pokemon yang lumayan baik, dan juga akhir cerita yang cukup tidak terduga.
7. Silent Hill
Silent Hill merupakan proyek film adaptasi yang serius dan kompeten dari Chritophe Gans, sayangnya karena campur tangan Hollywood, naskah dari film terus dirubah hingga sesuai dengan “buku panduan film sukses” yang sang studio anggap ampuh. Ironisnya campur tangan para eksekutif studio ini lah yang merusak film.
Telah membujuk Konami berkali-kali untuk bolehkan dia jalankan proyek film ini, Silent Hill terlihat berusaha untuk mereplika apa yang terjadi di game. Mungkin ada perubahan tertentu tetapi mayoritas film masih miliki atmosfir kental dari Silent Hill mulai dari Sinematografi, naskah, karakter, semuanya terlihat dan terkesan seperti Silent Hill. Sangat disayangkan ada satu hal yang membuat pacing cerita menjadi kaku dan tidak jelas – subplot dari karakter Sean Bean. Subplot tersebut awalnya tidak ditulis dalam naskah film, tetapi karena mindset studio saat itu yang berpikir film tanpa karakter laki-laki berarti film buruk, Gans terpaksa untuk hadirkan karakter Sean Bean ke dalam cerita, alhasil cerita awal yang sudah matang hancur oleh karakter tidak penting yang memakan terlalu banyak durasi tayang.
Apabila kamu senang dengan Silent Hill, berikan film ini kesempatan dan mungkin kamu juga akan bisa apresiasi film ini layaknya saya.
8. Mortal Kombat
Dianggap sebagai film adaptasi video game terbaik saat ini oleh banyak orang, Mortal Kombat berikan sensasi over-the-top di tiap aksinya. Dari segi representasi, film ini bisa dikatakan sangat akurat, tetapi apabila ditonton saat ini, maka kemungkinan besar kamu akan merasa film ini terlalu cheesy dan itulah ciri khas dari film aksi 90-an.
Meskipun demikian, kesan cheesy ini yang justru membuat film begitu menghibur. Banyak adegan yang mungkin seharusnya serius tetapi kamu justru merasa geli melihatnya merupakan alasan kamu ingin menonton film ini.
9. Ratchet and Clank
Ratchet and Clank pada dasarnya hanyalah 90 menit cutscene dari game reboot yang dirilis untuk PS4. Apabila kamu telah mainkan game, maka kemungkinan besar kamu tak perlu lagi menonton filmya kecuali kamu penggemar berat. Akan tetapi jika kamu belum tahu sama sekali apa itu Ratchet and Clank, maka film ini bisa menjadi awal yang tepat bagimu sebelum terjun ke game.
Tentu karena keterbatasan durasi, banyak bagian cerita di game tidak dihadirkan di film, tetapi secara garis besar kamu akan dapatkan premis dari franchise ini hanya dalam menonton film. Untuk filmnya sendiri, mungkin tidaklah spektakuler dan bahkan terkesan terlalu klise untuk film animasi sekarang, dan hal tersebut memang tidak dapat disalahkan lagi melihat aset dari game yang diadaptasi datang dari gameplay dan bukan cerita. Tetapi dua karakter yang dinamis mungkin dapat menarik perhatianmu untuk terjun lebih dalam dengan franchise milik Imsoniac tersebut.
10. Tomb Raider
Diadaptasi dari reboot game tahun 2013, Tomb Raider tawarkan representasi cerita dan visual yang sangat sesuai dengan game seakan-akan tim yang kerjakan game ini benar-benar mengerti akan sumber yang mereka angkat. Meski dengan representasi yang sesuai dengan game, beberapa eksekusi pada bagian cerita dan karakter masih belum matang.
Terlalu stereotip dan tipikal film hollywood, karakter yang satu dimensional dan bagian cerita awal dari Lara terkesan terlalu lama sebelum terjun ke plot utama. Setelah dipikir-pikir, ini mungkin tidak sepenuhnya salah film melihat mereka sekedar mencoba mengadaptasi yang terjadi di game. Tetapi mungkin tanpa gameplay penuh aksi serta durasi yang jauh lebih singkat membuat cerita dari film ini tidak memberikan kesan serupa layaknya di game.